Apakah Koi Bisa Dimakan

Apakah Koi Bisa Dimakan

Koi adalah ikan hias yang dibudidayakan pertama di Tiongkok sekitar abad ke-5 SM, lalu dipopulerkan oleh Jepang sejak 1820. Nama “koi” merupakan bahasa Jepang dari “ikan mas” yang merupakan anggota dari genus Cyprinus.

Ikan ini kerap menjadi penghuni tempat-tempat suci seperti kuil dan biara. Di Jepang sendiri, ikan koi merupakan peliharaan yang dianggap bisa membawa keberuntungan. Hal ini juga menjadi penyebab harga ikan ini terbilang sangat mahal, bahkan bibitnya bisa dijual dengan harga jutaan.

Menurut ahli, ikan koi aman-aman saja untuk dimakan karena tidak ada efek samping atau bahaya setelah mengonsumsi jenis ikan satu ini.

Beberapa kandungan yang terdapat di dalam ikan koi memiliki banyak manfaat baik untuk tubuh di antaranya sebagai berikut:

Terdapat juga banyak variasi dan sub-varietas dalam setiap jenis ikan koi, menciptakan beragam kombinasi warna dan pola yang menarik.

Apakah Ikan Koi Bisa Dimakan?

Ikan koi sebagian besar dipelihara sebagai ikan hias dan bukan untuk tujuan konsumsi manusia. Secara tradisional, ikan koi tidak dimakan sebagai bagian dari makanan manusia. Namun, ada beberapa budaya atau praktik di beberapa negara yang mungkin menganggap ikan koi sebagai bahan makanan.

Meskipun secara teori ikan koi bisa dimakan, ada beberapa alasan mengapa tidak disarankan untuk mengonsumsinya:

Oleh karena itu, disarankan untuk tidak mengonsumsi ikan koi yang ditujukan sebagai ikan hias. Lebih baik menikmati keindahan ikan koi sebagai hewan peliharaan atau sebagai bagian dari kegiatan penghobiannya.

Itulah beberapa informasi dari pertanyaam apakah ikan koi bisa dimakan.

Kadal gurun atau dhab. (Foto: Pixels.com/Eyal Bartov)

APAKAH kadal gurun atau kadrun bisa dimakan? Mungkin pertanyaan ini ada di benak sebagian orang. Pasalnya membayangkan saat kelaparan di tengah gurun pasir yang gersang dan hanya ada kadal di sana. Lalu bolehkah memakan dagingnya.

Kadal gurun atau Dhab banyak ditemukan di seluruh gurun pasir Mesir, Libya dan wilayah Timur Tengah lainnya. Nama ilmiahnya adalah Uromastyx aegyptia.

Bentuk dhab menyerupai biawak dengan panjang antara 38 hingga 99 cm. Kulit kadal ini berwarna coklat seperti pasir gurun dan ekornya tebal dengan banyak benjolan keras di sepanjang ekornya.

Namun apakah kadal gurun ini bisa dimakan? Jawabannya adalah bisa.

Oleh masyarakat Arab, Dhab ini kerap kali diburu. Kulitnya dijadikan sebagai kerajinan, sedangkan dagingnya dimakan sebagai alternatif protein yang dapat mereka konsumsi.

Alasan lain kenapa dhab ini diburu dan dimakan adalah kadal ini memiliki rasa yang lezat dan halal untuk dimakan. Selain itu, dhab juga dianggap sebagai hewan yang baik di Arab.

Dikutip dari situs Maktabah Al-Bakri, para ulama di Arab Saudi dari kalangan mazhab Imam Syafi'i, Imam Maliki, dan Imam Ahmad bin Hambal atau Hambali menyatakan dhab atau kadal gurun boleh dimakan. Sedangkan ulama dari mazhab Imam Abu Hanifah atau Hanafi mengatakannya makruh.

Pada musim berburu dhab, masyarakat di Arab akan berbondong-bondong ke padang pasir untuk mencari kadal gurun. Cara yang sering digunakan adalah dengan menyiram sarang dhab dengan air atau membakarnya sehingga kadal gurun keluar lalu ditangkap.

Daging dhab kabarnya akan lebih nikmat dikonsumsi saat musim semi. Saat itu, dhab memakan tumbuhan segar sehingga berpengaruh pada rasa dagingnya yang semakin lezat. Di Arab sana, daging dhab kerap kali diolah sebagai campuran pada nasi maupun dimakan menggunakan roti. Selain itu terkadang dhab juga dikonsumsi dengan cara dibakar.

Meski dikenal memiliki rasa yang sangat nikmat, dokter menghimbau untuk tidak memakan daging dhab terlalu banyak. Hal ini karena daging dhab mengandung kadar kolesterol yang tinggi dan tidak baik untuk kesehatan. Selain itu pemerintah Arab juga membatasi perburuan hewan

ini karena mulai menurunnya populasi dhab di alam.

Anda mungkin ingin melihat